KLIKSULTRA.ID, BALI – Anggota DPD RI asal Bali, Arya Wedakarna, menuai kontroversi karena diduga menyinggung petugas bandara yang menggunakan hijab.
Dalam sebuah video yang viral di media sosial, Arya Wedakarna tampak menegur Kepala Kanwil Bea Cukai Bali Nusa Tenggara dan Kepala Bea Cukai Bandara I Gusti Ngurah Rai, serta pengelola bandara dalam rapat DPD.
Arya Wedakarna mengatakan bahwa Ia tidak ingin petugas bandara yang bertugas di front line, yaitu yang berhadapan langsung dengan wisatawan, mengenakan penutup kepala atau hijab.
Ia menganggap hal itu tidak mencerminkan budaya Bali yang toleran dan inklusif.
“Saya enggak mau yang front line, front line itu, saya mau yang gadis Bali kayak kamu, rambutnya kelihatan terbuka,” kata Arya Wedakarna dalam video tersebut.
“Jangan kasih yang penutup, penutup gak jelas, this is not Middle East. Enak aja Bali, pakai bunga kek, pake apa kek,” lanjutnya.
Ucapan Arya Wedakarna ini mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari masyarakat Bali sendiri.
Banyak yang menilai bahwa Arya Wedakarna bersikap rasis dan diskriminatif terhadap petugas bandara yang berhijab.
Mereka menuntut agar Arya Wedakarna meminta maaf dan menghormati kebebasan beragama dan berpakaian.
Salah satu yang mengkritik Arya Wedakarna adalah perancang sepatu asal Bali, Niluh Djelantik.
Melalui akun Instagramnya, Ia mengunggah video yang menunjukkan bagaimana masyarakat Bali yang beragam dan harmonis.
“Kami masyarakat Bali sangat menghormati perbedaan. Kami hidup berdampingan dengan berbagai agama dan budaya. Kami tidak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan penampilannya. Kami bangga dengan keragaman kami,” tulis Niluh Djelantik.
Ia juga menegaskan bahwa Bali bukan milik Arya Wedakarna, melainkan milik semua orang yang mencintai dan menjaga pulau tersebut.
“Bali bukan milikmu, Arya Wedakarna. Bali milik kami semua yang mencintai dan menjaga Bali. Bali milik Indonesia. Bali milik dunia,” ujarnya.
Tanggapan Arya Wedakarna
Menanggapi kecaman yang ditujukan kepadanya, Arya Wedakarna mengeluarkan klarifikasi melalui akun Instagramnya. Ia mengatakan bahwa video yang beredar adalah potongan dari rapat DPD yang berlangsung selama tiga jam.
Ia mengklaim bahwa tujuannya adalah untuk memperbaiki pelayanan bandara yang dinilainya kurang profesional dan ramah.
Ia juga membantah bahwa Ia menolak petugas bandara yang berhijab.
“Saya tidak pernah menolak petugas bandara yang berhijab. Saya hanya menyarankan agar petugas bandara yang berhadapan dengan wisatawan mancanegara menggunakan atribut yang lebih menarik dan representatif,” kata Arya Wedakarna.
Ia juga mengatakan bahwa ia menghormati kebebasan beragama dan berpakaian, serta menghargai keragaman masyarakat Bali.
“Saya minta maaf jika ada yang tersinggung dengan ucapan saya. Saya tidak bermaksud menyinggung siapa pun. Saya hanya ingin memajukan Bali sebagai destinasi wisata dunia yang ramah dan inklusif,” ucapnya.
Namun, klarifikasi Arya Wedakarna ini tidak memuaskan sebagian besar netizen. Mereka tetap mengecam sikap dan ucapan Arya Wedakarna yang dianggap tidak pantas dan tidak sesuai dengan fakta.
Mereka juga mempertanyakan kredibilitas Arya Wedakarna sebagai anggota DPD yang seharusnya mewakili aspirasi dan kepentingan masyarakat Bali.
“Klarifikasi apa ini? Masih saja membela diri dan tidak mengakui kesalahan. Anda tidak layak menjadi wakil rakyat. Anda tidak mewakili kami, masyarakat Bali yang toleran dan inklusif,” komentar salah satu netizen.
“Jangan sok tahu tentang budaya Bali. Anda bukan orang Bali asli. Anda tidak tahu apa-apa tentang Bali. Anda hanya cari sensasi dan popularitas. Anda malu-maluin Bali,” tulis netizen lainnya.
“Kami tidak terima dengan klarifikasi Anda. Kami minta Anda mundur dari DPD. Anda tidak pantas menjadi anggota DPD. Anda tidak berkompeten dan tidak berintegritas. Anda hanya mencoreng nama baik Bali,” ungkap netizen lainnya. (*)