Asran, Warga Konawe, Selamat dari Serangan KKB di Papua: Anjing dan Tembakan Jadi Pertanda

Avatar photo
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. (Foto: Istimewa).

KLIKSULTRA.ID, KONAWE – Satu dari tiga pendulang emas asal Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) selamat dari aksi pembantaian kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua, yang terjadi 6-7 April 2025 kemarin.

Pendulang yang selamat yakni, Asran asal Desa Baruga, Kecamatan Wonggeduku Barat.

Sementara korban meninggal dunia Yuda Lesmana dan Riki Rahmat.

“Disana sebenarnya ada tiga orang sepupu (kerja sebagai pendulang emas, Yuda, Riki, dan Asran,” ucap kerabat korban, Aan kepada awak media ini, Jumat (11/4/2025).

Aan mengatakan, lokasi dimana Asran mendulang emas itu berbeda lokasi tempat Yuda Lesmana dan Riki Rahmat mendulang emas.

Menurut keterangan Asran, disampaikan Aan, yang lebih dulu diserang oleh KKB Papua, itu rombongan pendulang emas yang dikelompok tersebut ada Asran, korban selamat dari pembantaian KKB Papua.

“Yuda dengan saudaranya ini beda tempat. Jadi yang pertama diserang hari Senin itu, sepupuku, atas nama Asran, cuman dia berhasil lari. Dan baru tadi pagi dia tiba di Yuhukimo, di pemukimannya disitu dalam kondisi panik, dan luka-luka,” katanya.

Aan mengatakan, Asran dan pendulang emas lainnya kabur, setelah mendengar gonggongan anjing.

Sebab, mereka sudah pernah diberitahu ketika mendengar suara serupa, maka dipastikan disekitar wilayah tersebut ada pasukan KKB Papua.

Selain suara gonggongan anjing, dan kode lainnya, Asran juga mendengar beberapa kali letupan senjata api mengudara diatas langit. Dalam pelarian pendulang emas ini, tak satupun barang bawaan mereka ambil, lantaran sudah dalam posisi ketakutan dan panik.

Parahnya, mereka dalam menyelamatkan diri dari jangkauan KKB Papua, mesti melewati sungai dengan menggunakan kapal kayu (katinting) untuk bisa tembus ke wilayah pemukiman.

“Jadi menurut sepupuku dia lari itu dalam posisi pakaian di badan, terus lari sampai luka, tiga hari dua malam itu mereka lari. Sesampai di perkampungan kemudian mereka diarahkan ke Polsek untuk memberikan keterangan,” katanya.

Lantaran traumanya, tambah Aan, saat Asran tiba dirumah pagi tadi, ia lebih banyak diam.

Nanti berselang beberapa jam kemudian, Asran baru menjelaskan insiden yang dialaminya kepada keluarga.

“Sampai di rumah itu, kondisinya sudah sangat sok, dan ndak mau bicara, nanti siang baru dia telepon kasih kabar kita menangis-menangis, dan diinfokanlah segala macam,” tukasnya. (*)